Mah, sejujurnya, Jiva harus membela-belakan diri untuk meluangkan waktu menulis tulisan singkat ini. Ya karena penyakit vertigo ini membuat Jiva –sedikit banyak- kehilangan keseimbangan. Rasanya bagaikan seseorang yang sedang berada di laut dengan hanya mengandalkan sebuah sampan kecil. Riak dan ombak adalah penghalang utama. Kurang lebih seperti itu keadaannya. Tapi tenang saja, karena semuanya akan baik-baik saja. Tidak usah terlalu dipikirkan. Jadi begini. Jiva teringat kalau hari ini adalah hari ibu. Entah kenapa, Jiva ingin memberi sesuatu kepada mamah. Di umur yang ke-22 ini sejujurnya Jiva merasa belum bisa memberi sesuatu yang berarti kepada keluarga, terutama mamah, orang nomor satunya Jiva. Mamah tahu sendiri kalau Jiva itu orangnya cuek, jarang menelpon, memberi/menanyakan kabar, bahkan kalau sedang berada di rumah pun, Jiva tak banyak membantu. Di suruh mengepel saja, itu sudah agak berat. Bukan apa-apa, karena, sebagaimana sudah mamah ketahui, Jiva itu pemalas. Empa
Berisi opini dan artikel seputar sosial-keislaman yang berprinsip moderasi dan independen