Sebenarnya, agak kurang cocok untuk membandingkan mereka berdua sebab, meskipun keduanya dapat dikatakan sebagai ulama sekaligus cendekiawan, tetapi setiap person memiliki kecenderungannya masing-masing. Shihab misalnya, ia lebih cocok disebut sebagai ulama dibanding cendekiawan karena uraian-uraiannya yang sederhana dan mudah dimengerti orang awam walau bukan berarti pembahasannya tak mendalam. Sedangkan Bagir cenderung terlihat sebagai seorang cendekiawan karena suka mengangkat isu-isu yang hanya dimengerti kontennya oleh kalangan tertentu saja. Jika yang pertama suka membahas seputar hal-hal yang biasa dipaparkan oleh kalangan ulama tradisional, seperti soal akidah, akhlak, dan syariah dengan balutan ilmu tafsir (sebab memang itulah keahliannya), yang kedua lebih memfokuskan dirinya pada kajian kefilsafatan, filsafat Islam, dan tasawuf. Betapa pun demikian, saya akan mencoba untuk membandingkan titik-titik temu di antara keduanya. Baik Shihab maupun Bagir seringkal
Berisi opini dan artikel seputar sosial-keislaman yang berprinsip moderasi dan independen