Lahir dan tumbuh di Indonesia di mana mayoritas
peduduknya beragama Islam membuat saya selalu berada dalam zona aman. Tidak
hanya terdukung secara kultural, sarana-sarana dalam menerapkan ajaran agama
Islam pun terbilang amat mudah, bahkan melimpah. Mulai dari pendidikan fomal
(seperti sekolah), masjid-masjid, hingga perkantoran, kajian keislaman
dilakukan.
Sayangnya, keadaan ini membuat saya dan umat muslim
pada umumnya menjadi merasa superior, memandang rendah keyakinan pemeluk agama
lain, bahkan ada di antaranya yang menyulitkan pengimplementasian ajaran agama
mereka. Sebagai contoh sederhana, terjadi pengrusakan dan atau demo terhadap
gereja yang dianggap tidak memiliki izin bangunan.
sumber foto: www.beritasatu.com
Untuk meredam sikap buruk
ini, saya ingin sekali tinggal di negara di mana umat muslim merupakan kelompok
minoritas seperti Jerman, yang secara fakta, dalam beberapa kesempatan
mengalami kesulitan dan diskriminasi (Kasus jibab), sebagaimana juga terjadi di
negara-negara Eropa lainnya. Tujuannya tiada lain supaya saya dapat merasakan
apa yang dirasakan oleh kaum minoritas jika diperlakukan secara tidak adil.
Betapapun, sesungguhnya pemerintah Jeman telah
menjamin kebebasan beragama yang tercantum dalam pasal 4 ayat 1, “kebebasan beragama
dan memiliki pandangan filosofis hidup tidak boleh diganggu”. Buktinya, mereka
menginzinkan datangnya gelombang bangsa Turki di akhir abad 17 untuk menetap
dan berketurunan di sana. Disusul oleh warga muslim dari Libanon, Palestina,
Afganistan, Al-Jazair, Iran, Irak, dan Bosnia. Selain itu, sebuah survey yang
pernah dilakukan oleh Stiftung Konrad
Adenauer menunjukkan bahwa dua pertiga partisipan poling meyakini bahwa
umat Islam harus mendapatkan kebebasan dalam menjalankan ajaran agamanya sebagaimana
dikutip oleh Dr. Zainul Fuad.
Bukan hanya di masjid yang biasa dijadikan tempat
menimba ilmu, di Jerman bahkan pelajaran agama Islam telah dimasukkan ke dalam
kurikulum sekolah umum yang menurut Fuad adalah suatu upaya untuk mendukung
proses integrasi sosial muslim. Beberapa kampus juga telah mendirikan jurusan Kajian
Islam seperti di Universitas Gottingen, Universitas Berlin, Universitas Bamberg
dan lain sebagainya.
Dengan mengekplorasi kehidupan dan situs-situs
kebudayaan umat muslim di Jerman,
sebenarnya saya akan dapat mengetahui proses
dialektika positif di antara umat muslim Jerman dengan dunia Barat yang pengalaman tersebut
dapat dibagikan kepada
teman-teman sepermainan saya.
Pengalaman ini amat berharga sebagai bekal untuk menerapkan kehidupan beragama
di Indonesia yang lebih damai dan harmoni.
Komentar
Posting Komentar