Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2017

Yakin, Besok Menyambut Hari Kemenangan?

Membaca status facebook Fahd Pahdepie, “Esok kau menyambut hari kemenangan? Memang apa yang telah engkau kalahkan? Ramadhan?” membuat saya terinspirasi untuk menuliskan artikel sederhana ini. Benar sekali pernyataan dari pemuda lulusan Universitas Melbourne yang telah menulis beberapa buku roman ini, memang apa yang sudah kita menangkan di bulan Ramadan? Toh, saya melihat hiruk-pikuk Ramadan, yang bahkan hanya terasa di lima hari pertama, hanyalah rutinitas atau tradisi belaka yang ritualistik dus hampa esensi. Saya menyadari, meski asumsi ini agak hiperbolis, tetapi mayor para cendekia atau kaum sufi menyadarinya. Di bawah ini beberapa argumentasi saya. Konon serendah-rendahnya, sekali lagi serendah-rendahnya, kualitas berpuasa seseorang ketika kita bisa menahan atau mengontrol hawa nafsu, yakni dari kebutuhan makan dan minum. Sekarang saya ingin bertanya, apakah kita yakin telah dapat menahan hawa nafsu itu? Kalau saya pribadi, amat-sangat meragukannya karena yang saya lihat

Aku dan Islamku

Aku percaya bahwa akal adalah anugerah-Nya yang menjadikan manusia menjadi makhluk paling mulia (ahsan taqwim). Maka aku akan melepaskan segenap keyakinan keislamanku dari segala bentuk otoritas tafsir atas Islam yang tidak sesuai dengan akalku, termasuk otoritas keulamaan. Toh, otoritas-otoritas keulamaan itu berbeda pendapat juga. Namun, aku akan menerima tafsir otoritas dari siapa pun, dalam arti bahwa otoritas itu bersumber pada bukti—bukti yang meyakinkan secara intelektual dan berdasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah yang aku yakini kebenarannya. Aku percaya bahwa otoritas keulamaan baru mempunyai makna jika ia dikaitkan dengan prinsip-prinsip ilmiah seperti ini, bukan semata-mata dengan sibol-simbol yang tak bisa dijelaskan sepanjang prinsip-prinsip itu, seperti karisma, kesalehan lahiriah, keturunan, (semata-mata) penguasaan ilmu-ilmu keislaman tradisional, dan sebagainya. Dengan kata lain, otoritas keulamaan aku terima dalam makna yang sesuai dengan makna asli ajekti

Sakaratulmaut Literasi di IPAI

Kok jadi KZL yah melihat keloyoan literasi di dalam tubuh keluarga besar IPAI di saat gelombang informasi HOAX dan ujaran kebencian/caci maki kian membludak. Di suasana seperti ini saya malah melihat mereka adem-ayem saja. Mahasiswa aktifnya misalnya, mereka malah termabukkan atau mungkin keasyikan dengan tugas-tugas kuliah yang menumpuk, hafalan berjuz-juz, proker BEM yang terkesan tak memiliki ruh, dan lain sebagainya. Minim kecintaan terhadap dunia baca-tulis. Padahal syarat sahnya hidup abadi adalah jika manusia mencintai dunia literasi. Soekarno, Hatta, dan Gus Dur, mereka semua adalah penggila buku dan gemar menulis. Sudah melihat perpustakaan pribadi Habibie kan, yang tersorot dalam video klip adzan maghrib di salah satu stasiun televisi? Istri Quraish Shihab mengatakan bahwa ia sebenarnya hanyalah istri kedua dari penulis Tafsir Al-Misbah itu, sebab mantan menteri agama era Soeharto ini lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca dan menulis. Konon Prof. Endis Firdaus,

Serba-Serbi Rasulullah

Sebagai umat yang mengaku mengikuti way of life Rasulullah, sangat tidak elegan jika kita tak mau mengenal lebih dalam, dalam arti menelusuri kepribadian dan segala tuntunannya, bahkan kalau dapat, hingga mengetahui bentuk fisiknya. Dengan begitu bentuk cinta bukan lagi sekadar pengakuan hati dan lisan, melainkan sudah terlakoni dalam wujud pengimplementasian. Telah banyak ulama dan atau cendekiawan yang mencoba untuk menarasikan diri Rasulullah dalam bentuk maha karya biografi dan saya menyarankan kepada pembaca budiman supaya mengonsumsinya. Konon kitab sirah paling komprehensif tertua ditulis oleh Ibnu Ishaq, sejarawan muslim kelahiran abad 8 M. Buku-buku sirah yang menceritakan ketokohan Rasulullah sangat mudah di dapat sebab telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, malah sebagian dari mereka adalah ulama asli Indonesia. Hanya saja, karena tulisan singkat ini tak mungkin meresume semua itu, tak salah jika saya hendak memberi pengantar super ringkasnya saja, terbatas pada apa y

Download GRATIS Goodnews e-magazine & Peace Newsletter

Kali ini saya dengan senang hati mau membagikan 2 buah majalah elektronik kepada pembaca budiman. 2 majalah ini memiliki perhatian besar terhadap perdamaian. Semoga bermanfaat. Goodnews e-magazine Edisi 1 (Desember 2016) http://break.pe.hu/ Edisi 3 (April 2017) http://breakpos.com/2017/04/28/goodnews-magazine-edisi-april-2017/ Peace Newsletter Edisi Mei 2017 http://yipci.org/peacenews-mei-2017/  (Indonesia) http://yipci.org/peace-news-english-may17/  (Inggris) Edisi April 2017 http://yipci.org/peace-news-edisi-april-2017/  (Indonesia) http://yipci.org/english-peace-news-april-2017/  (Inggris) Edisi Maret 2017 http://yipci.org/3095-2/  (Indonesia) http://yipci.org/english-peacenews-seventh-edition-march-2017/  (Inggris) Edisi Februari 2017 http://yipci.org/peacenews-edisi-4-februari-2017/  (Indonesia) http://yipci.org/english-peacenews-sixth-edition/  (Inggris) Edisi Januari 2017 http://yipci.org/peacenews-edisi-3-januari-2017/  (Indonesia) http://yip

Sudahkah Beribadah Setiap Saat?

sumber gambar: dokumentasi pribadi Masih ada diantara kita yang memandang bahwa ibadah hanya seputar shalat, dzikir, ngaji, masjid, selain itu bukanlah ibadah. Sayangnya pandangan ini tidak sepenuhnya benar. Sepatutnya kita meyakini bahwa seluruh aktivitas positif betapa pun tidak selalu seputar shalat, dzikir, ngaji, masjid, juga akan bernilai ibadah di sisi Allah. Bukankah kita selalu membaca doa innā shalātĪ wa nusukĪ wa maḥyāya wa mamāti lillāhi rabbil ‘ālamĪn (QS. Al-An’am [6]: 162). Dalam doa ini terdapat pesan suci Allah kepada hambanya untuk selalu mencurahkan segala aktivitasnya mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi tiada lain lillāhi rabbil ‘ālamĪn. Singkatnya seluruh aktivitas harus bernilai ibadah. Allah sangat cemburu kepada hambanya yang di satu sisi rajin melakukan ibadah ritual tetapi di sisi lain saat melakukan aktivitas keseharian tidak menghadirkan Allah atau tidak lillāhi rabbil ‘ālamĪn, begitu pun sebaliknya. Allah juga cemburu kepada orang-orang yang han