Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2016

Warna Kita: Three in One Story

Warna Kita: Three in One Story sumber: blog.negerisendiri.com Malam itu, tidak sesuai rencana awal, akhirnya aku putuskan untuk pergi ke Surabaya bersama teman seperguruan Elfast, Ilham. Tadinya hanya ingin meminjam motornya, tapi setelah dia berpikir keras, wal hasil dia ngotot mau mendampingiku. Paginya, setelah mandi dan shalat subuh, kami langsung menancap gas menuju kota pahlawan. Apalagi kalau bukan karena ingin memburu buku. Big Bad Wolf Books dengan sombongnya menebar buku-buku import yang dijual dengan potongan 60-80%  all books di JX International, Jln. Ahmad Yani, Surabaya. Siapa yang tidak ngiler. Di sisi lain dengan ini aku menyatakan bahwa balas dendamku fix terpenuhi setelah gagal meraih buku-buku murah seharga 5.000-10.000 yang digelar di Bandung. Tanpa disadari, bukan hanya buku yang kuraih, pun pengalaman berharga lainnya yang tidak disangka-sangka sebelumnya. Kami melewati kecamatan Ngoro, Jombang. Tiada kata yang pantas diucap selain ketakjuban kepada

Tuhan

Siapa bilang “tuhan” telah mati? betapa bodoh orang yang menyatakan demikian. Lah wong sepanjang 24 jam nafas saya berhembus, saya senantiasa melihat orang-orang sedang menyembahnya. Malah kadang hati saya berdebar-debar, kok bisa-bisanya mereka bermesraan dengannya, atau mungkin husnudzan saya menyimpulkan bahwa kedudukan abd (hamba, budak) telah merasuk di kalbu mereka. Benar sekali saat ayat Alquran menyatakan bahwa “tuhan” itu sungguh dekat dengan makhluknya (manusia), baik itu secara fisik maupun psikis. Bahkan saking dekatnya, kadang saya sampai merasa kalau “tuhan” jangan-jangan telah bersatu dengannya. Baginya mengingat “tuhan” dalam lima waktu sudah menjadi kegiatan ritual yang basi karena seperti menunjukkan kekurang-rendahatian manusia terhadap sesuatu yang extraordinary. Bagaimana mungkin “tuhan” hanya disembah dalam waktu-waktu tertentu. Yang mereka inginkan adalah “tuhan” yang selalu hadir di sepanjang hidupnya. Lihatlah saat mereka baru bangun tidur. Walaupun otakn

Kesalahpahaman di antara Muslim-Kristen

Kesalahpahaman di antara Muslim-Kristen Gambar dikutip dari https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5HfUzxu9ofsqJXeZInVZkYpBxrmvrb-KNsMpjosUbzmRQeaT6dj0o6htCKzPniBehqqnZF1DW1_i5Qir8nnfyyw9jET5eo_42MyCv9mb944IGVapj7LRKOIAJVSl_cTDxW3dLt2DR9anM/s1600/nikah+beda+agama.jpg Nyatanya mayoritas masyarakat dunia saat ini mengaku berafiliasi dengan agama Islam dan Nasrani, terlepas apakah mereka benar-benar mengikuti ajaran Isa dan Muhammad. Dan Indonesia, menurut Saya dapat dikatakan sebagai miniatur dunia karena penduduknya yang mayoritas beragama Islam dan Nasrani (Katolik dan Kristen) dimana mereka dapat berkembang pesat tanpa pertetangan yang signifikan. Satu hal yang secara sunnahtullah tidak dapat dihindari, yaitu interaksi di antara keduanya, baik interaksi positif maupun negatif. Sayangnya, dekade belakangan interaksinya cenderung menuju ke arah negatif, bahkan tidak sehat. Walaupun di sana sini terdapat usaha untuk mengeratkan hubungan di antara kedua

Ahok dan Benturan Muslim-Kristen

Ahok dan Benturan Muslim-Kristen Adanya tambal sulam guna menjalin hubungan Muslim-Kristen yang lebih baik telah terjadi dalam beberapa waktu belakangan ini. Mereka, pelan tapi pasti, bersinergi menutup luka lama yang telah ditorehkan oleh para leluhurnya. Mungkin perang salib dan peristiwa pengeboman gedung WTC menjadi dua contoh kasus yang memelukan jahitan ekstra untuk diobati. Maka, seharusnya kita perlu mengapresiasi kerja keras para “dokter” perdamaian yang setiap tetes keringatnya memiliki peran suci dalam menyumbang perubahan yang lebih baik bagi hubungan penganut dua agama terbesar di dunia ini. Bukan hanya mengapresiasi, melainkan wajib memelihara, dan mengembangkannya. Dan hari ini, alih-alih memelihara, kita malah kembali merusaknya. Adalah Ahok yang sekarang sedang menjadi bulan-bulanan mayoritas umat Muslim Indonesia karena pernyataannya yang kontroversial di dalam sebuah kesempatan. Kebetulan ceramahnya terekam penuh dan dapat ditonton dengan mudah di youtub

Mempertanyakan Toleransi

Mempertanyakan Toleransi Dekade belakangan perbincangan mengenai toleransi mencuat dipermukaan. Kemunculannya yang “kedua” ini diduga kuat karena ada beberapa pihak yang merasa terancam jika toleransi tidak dijalankan dengan baik. Kasus-kasus “kekerasan” yang terjadi di beberapa tempat khususnya di Barat, mungkin bisa dijadikan alasan absolut untuk mengatakan bahwa toleransi telah menjadi kebutuhan primer umat manusia.    Memang, pada awalnya soal toleransi hanya menjadi perhatian kaum elit cendekiawan yang mulai sadar akan keheterogenan manusia modern yang tak bisa dihindari. Akan tetapi secara sunnahtullah persoalan ini telah menyebar ke berbagai kalangan, mulai dari birokrat, politisi, agamawan, budayawan, sastrawan, para pelajar, hingga kaum abangan, seakan-akan toleransi adalah suatu makhluk baru yang mau tidak mau harus dikonsumsi oleh semua pihak. Meskipun pada akhirnya saling sepakat akan pentingnya bersikap toleran, sayangnya sampai saat ini tidak ada konsensus me

The Role of Youngster to Create Peace Inter Religious

The Role of Youngster to Create Peace Inter Religious In Malaysia, the form of multi-religious society has been started when Chinese and Indian came in the early of 16th century. At least, that condition shows the acceptance and accommodation from indigenous people in Malaysia which most of them were Muslim, to people who were not the native people of Malaysia and also came from non-Muslim community, as a part of the population in Malaysia. Therefore, the readiness to live together with people from different faiths has been initiated since Malaysia inhabited by the three races and religions: Malaysian-Islam, Chinese-Buddhism, and India-Hindu. Besides that, there are other communities who stayed in numerous parts of East Malaysia, Sabah and Sarawak which are Kadazandusun Christian and Iban Christian. The existence of difference races and religions or can we say as multi-religious society, will be a challenge for Malaysia to maintain peace and harmony, and the situation will be

Meneladani Ketaatan Ibrahim di Era Modern

Meneladani Ketaatan Ibrahim di Era Modern Dalam sebuah kesempatan teman saya pernah berkata bahwa kemajuan ilmu pengetahuan itu berbanding lurus dengan meningkatnya kebobrokan moral. Kita boleh setuju maupun menolak pendapatnya, betapapun saya pribadi sedikit condong menyetujuinya.  Umat Muslim boleh berbangga dengan abad keemasan yang katanya pernah dirasakan di zaman dinasti Abbasiyah dimana terdapat banyak cendekiawan muslim yang melakukan beraneka macam penemuan. Ada Ibnu Farabi, Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, dan sederet nama tenar lainnya. Tapi tahukah kita bahwa di zaman itu pula para rajanya banyak yang melakukan tindakan amoral. Mulai dari bermain perempuan, mabuk-mabukan, hingga membunuh untuk mempertahankan kedudukannya.  Sekarang, di abad ke-21 ini kita tidak perlu menutup mata bahwa Amerika memang benar-benar pusat dari segalanya, khususnya untuk ilmu pengetahuan dan teknologi. Hanya saja selurus dengan itu kita juga dapat melihat maraknya kerusakan moral yang terj