Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2017

Diam Kok Dosa?

Umumnya, sebagaimana ungkapan pepatah, diam itu emas. Dan nyatanya para bijak bestari memang bukan merupakan orang yang banyak berbicara apalagi membual. Mungkin akan ada puluhan pertimbangan sebelum sebuah kata keluar dari mulutnya. Betapapun, jika ditelisik lebih dalam, diam tidak selamanya baik, alih-alih dalam konteks tertentu dapat dikatakan berdosa.   Jalaluddin Rahmat dalam bukunya Reformasi Sufistik mengungkapkan bahwa setidaknya ada empat buah diam yang menjadi dosa, yakni: pertama , diam ketika adanya kemungkaran yang dilakukan terang-terangkan di depan anda. Alquran sangat mengecam perbuatan ini “Mereka satu sama lain tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sungguh amat buruk apa yang selalu mereka perbuat itu.” (QS. Al-Maidah [5]: 79). Sejujurnya, poin pertama ini yang paling berat bagi saya karena sering diabaikan, kalau enggan berkata dilanggar. Di satu waktu saya melihat muda-mudi –terkadang pelajar, yang saya yakin bukanlah sepasang suami istri, sedang

PILGUB DKI: Momentum Islam VS Kristen?

Sudah ada ratusan bahkan ribuan artikel dan opini yang telah membahas persoalan keriuhan percaturan Pilgub DKI yang mana titik klimaksnya telah berakhir kemarin sore setelah Anis-Sandy terpilih sebagai gubernur baru DKI, meski belum dilantik. Maka untuk membedakannya dari tulisan-tulisan yang lain, saya tidak akan membahas dari sisi politik ataupun ekonominya karena selain bukan bidang saya pun ditakutkan malah menimbulkan gejolak (lagi), alih-alih saya hanya membatasi pada ruang sosio-religinya. Agaknya benih-benih konflik mulai muncul semenjak kontroversi video Ahok di Kepulauan Seribu menjadi trending topik. Sebagaimana sebagian umat Muslim merasa tersinggung yang akhirnya menimbulkan aksi demo berjilid-jilid, kestabilan emosional masyarakat Indonesia mulai terguncang. Kuatnya sense of religious identity seakan telah membelah masyarakat Indonesia menjadi dua buah kubu besar; sebagian umat Muslim –yang merasa terlecehkan oleh ucapan Ahok– dan umat Kristen di sisi lain (

Sholat-Sholatan: Sikap Pragmatis Kita

(sumber foto: www.fotodakwah.com dgn sedikit editan) Beberapa menit yang lalu saya melaksanakan shalat isya berjamaah di musholla dekat rumah –seperti biasa. Mungkin sudah sejak SMA saya melakukan hal tersebut (shalat berjamaah di masjid/musholla) tapi satu hal yang membuat saya sedih bukan kepalang yaitu ternyata saya belum benar-benar berkomunikasi dengan-Nya, yang saya lakukan hanyalah sesuatu tindakan kebiasaan (habbit) yang dilakukan berulang-ulang tanpa “kesadaran”. Mungkin saya hanya kecanduan shalat, bukan benar-benar shalat. Waktu itu sang imam langsung –setelah sujud- berposisi tahiyat akhir padahal kami baru melaksanakan tiga rakaat. Saya, yang hendak berdiri karena ada perasaan bahwa jumlah rakaat belum sempurna, seketika mengurungkan niat dan turun kembali (menggerakkan kaki untuk berposisi tahiyat akhir). Saya sempat berpikir sejenak “ sepertinya baru tiga rakaat deh... ”. Mata saya melirik ke kanan dan kiri. Dan saya melihat semua orang