Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2017

Butir-butir Penjabaran Pancasila berdasar TAP MPR 2003

Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa 1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya. 3. Masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab 4. Mengembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa 5. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa 6. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa 7. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing 8. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab 1. Mengakui dan mem

Style Hukum Islam Era Khulafaurasyidin

Ketika Nabi Muhammad masih hidup, tidak ada kesulitan yang berarti bagi umat Islam untuk menjalani kehidupan sesuai tuntunan Ilahi. Jika ada kebingungan, mereka tinggal berkonsultasi kepadanya, dan Muhammad akan memberikan panduan yang telah Allah berikan kepada-Nya (Alquran), atau sekadar mempersembahkan sesuatu yang diilhami darinya (sunnah/hadits). Meski demikian, di zaman ini format ajaran Islam tidak melulu homogen, sebab Rasulullah sendiri, dalam beberapa urusan, memberi kelapangan kepada para pengikutnya untuk serta merta ikut nimbrung membentuk suatu produk hukum Islam, misalnya tentang tata cara pengumandangan adzan. sumber gambar: www.masuk-islam.com Di tambah, masih dalam beberapa persoalan, Nabi memang membolehkan mereka untuk berbeda. Konon Umar bin Khattab pernah mendengarkan suatu bacaan Alquran yang “bid’ah” dari salah seorang muslim. Ia geram lalu “menyeret” orang tersebut ke hadapan Rasulullah. Tanpa diduga, Muhammad malah mengatakan bahwa orang tersebut telah m

Slilit Keberagamaan Kita

Saya kira secara umum umat beragama di Indonesia masih berada di maqam spiritualitas yang rendah. Alih-alih menjadi sumber ketentraman, kedamaian atau pemersatu (sesama ciptaan Tuhan) agama malah dijadikan sebagai alat legitimasi untuk menindas. Meskipun tak menutup mata bahwa persoalannya tidak melulu agama vis a vis agama dan cenderung memiliki akar konflik lain (ekonomi, politik, sosial, budaya), tetap saja tingkat kefanatikan beragama seseorang telah membuat mereka mudah terprovokasi. Jika diusut secara saksama, setidaknya ada dua –dari sekian banyak– sumber permasalahan yang menyebabkan hubungan  antar umat beragama tak kunjung membaik, atau setidaknya berjalan begitu lambat. Pertama, kegemaran meneruskan konflik masa lalu. Irfan Amalee, pendiri Organisasi Peace Generation yang begitu masif mengampanyekan perdamaian pernah berkata bahwa 90% konflik antar umat beragama disebabkan oleh konflik masa lalu. Perang Salib misalnya, masih sering dijadikan alasan oleh umat Islam-Kris

3 Buku Islam Ramah Recommended

Bulan ramadhan sudah semestinya diisi oleh kegiatan-kegiatan positif yang jika diniatkan hanya karena ingin meraih ridha-Nya, tentu akan mendapat balasan yang besar. Salah satu kegiatan mulia yang diajurkan oleh Allah ialah membaca (iqra’) sebagaimana tertera dalam firman pertama dalam surat Al-Alaq. Sayangnya anjuran membaca ini masih sangat tak dipedulikan oleh umat muslim Indonesia, terbukti menurut data dari UNESCO bahwa minat baca kita berada di peringkat kedua dari bawah dari total 61 negara dunia. Ironinya, hasil ini berbanding terbalik dengan tingkat kecerewetannya di media sosial. Salah satu survey mengungkapkan bahwa penduduk Indonesia berada di urutan ke-5 sebagai negara paling cerewet di dunia. Lebih lanjut, Ibu Kota Jakarta digadang-gadang menjadi kota paling cerewet di dunia maya karena setiap detiknya selalu ada 15 buah tweet atau komentar baru. Ilmu tak ada tapi paling suka berdebat, menyanggah, bahkan mengujar kebencian. Yang terakhir disebut ini belakangan santer di

"Warisan" (lagi): Menanggapi Tanggapan Gilang Kazuya

Note: Supaya tidak terjadi kesalahpahaman, sebelum membaca tulisan ini baiknya pembaca budiman bisa melihat terlebih dahulu postingan Afi tentang “warisan” yang ada di akunnya (Afi Nihaya Faradisa, 15 Mei 2017) kemudian dilanjutkan dengan postingan Gilang Kazuya (Gilang Kazuya Shimura, 19 Mei 2017). Beberapa hari yang lalu saya sempat sedih saat mengetahui bahwa akun facebook Afi, siswi SMA yang memiliki pola pikir anti mainstream, menghilang. Usut punya usut hal itu disebabkan karena postingan terakhirnya telah membuat banyak orang kebakaran jenggot, termasuk Gilang Kazuya Shimura, pemuda yang membuat postingan tanggapan terhadap tulisan terakhir Afi mengenai “warisan”. Setelah Gilang memosting tulisannya, puluhan ribu orang “mengerumuninya” dengan total kisaran 15.000 like, 2.300 komentar, dan 6.700 share. Pro dan kontra silih berganti. Website www.mediamuslim.org termasuk ke dalam golongan yang pro, sampai-sampai harus memosting kembali –secara utuh– tulisan mahasiswa yang s

Q & A: Jiva dari Sudut Pandang Jiva

Supaya seperti selebgram-selebgram atau youtubers, tak ada salahnya pada tulisan kali ini saya akan memaparkan edisi question and answer (Q&A) kepada orang-orang yang pernah bertanya kepada saya –dan umumnya kepada siapapun– dalam rentang waktu dan tempat yang berbeda-beda. Mari kita mulai: 1.        Kenapa terkesan jutek/sombong? Saya pernah membaca teks reading IELTS yang kontennya tentang orang yang berkepribadian introvert. Di sana dituliskan bahwa orang yang berkepribadian introvert akan mudah dicap sombong/jutek oleh orang lain, padahal penilaian tersebut salah, atau setidaknya tidak selalu benar karena orang yang memiliki kepribadian ini sejatinya merupakan orang-orang yang pemalu dan was-was, apalagi kepada orang yang belum sepenuhnya dikenal atau merasa nyaman dengannya. Orang-orang introvert memang cenderung menutup diri, tetapi tidak sombong/jutek. Maka langkah pertama yang dapat dilakukan terhadap orang-orang yang seperti ini –termasuk saya ialah dengan

Perjalanan Studi: Perjuangan Menuju Yang Maha Benar

Judulnya terkesan berbau teologis-dogmatis tetapi memang seperti itulah adanya. Tulisan ini mengisahkan perjalanan panjang saya dalam rangka menuju-Nya, perjalanan yang panjang nan penuh rintangan. Starting poin nya ada di penghujung SMA.Kala itu, sejak SMP sampai SMA sepertinya saya hanya bermain-main di roda pemikiran mainstream, berhasrat dapat bersekolah di tempat unggulan/favorit. Alasannya bukan supaya mendapat pendidikan yang terbaik, melainkan hanya karena gengsi semata.Apalagi saat saya “ngotot” memilih jurusan IPA, padahal saya tidak memiliki kemampuan yang baik dalam ilmu eksak ta .Terbukti, hampir semua ulangan hasilnya selalu kecil, itupun sudah plus mencontek. Jangan tanya mengapa saya tidak mengambil jurusan IPS. Siswa m ana yang mau memilih jurusan itu?sebuah jurusan yang telah tercap buruk oleh semua kalangan, baik para orang tua maupun guru. Mereka –baik secara langsung maupun tidak– telah mendoktrin kami untuk menghindari jurusan tersebut. Hanya orang-orang bo