Langsung ke konten utama

Suasana Seminar IPAI A 2012

SEMINAR .. kata-kata inilah yang bakalan kalian sering temui di dunia perkampusan. Seminar ,, ga harus dilaksanakan di tempat ataupun diruangan khusus. Yang penting ada narasumber/pemateri, ada MC, ada moderator, ada toluten, dan yang paling penting harus ada peserta seminarnya. Ya ga mungkinlah bisa disebut seminar,  kalo ga ada pesertanya..
Ok, disini gua ga bakalan ngebahas panjang lebar tentang apa itu seminar, gimana tata caranya, rukun seminar, syarat sah seminar, dan yang membatalkan seminar.. hhe
kalian semua langsung gua ajak terjun ke lapangan, biar pada ngerti. J
(foto-foto ini dibidik oleh sobat-sobat gua yang lagi ga ada kerjaan)
………………………………………………………………………

Waktu menunjukkan pukul 07.05, para peserta seminar sedang sibuk mengisi absensi yang menandakan kehadirannya…


Eeeeh, tunggu dulu … kamera, kamera… coba deh di zoom ..


Ok thengkyu, ,
Eeeh kirain lagi pada nulis absensi,, ternyata lagi pada minta bantuan dana UKT.. hhe
Oia, gua mau ngenalin temen gua yang satu ini.. kenalkan namanya Firman. Dia anak hasil dari perkawinan kedua orang tuanya yang katanya siih, lahir di tempat tidur.. dia ini anak yang baik hati, dan suka menolong. Tuh liat aja wajanya yang berbinar-binar dgn bibir seksinya. Dia merantau dari Garut untuk kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia. Katanya sih dia tersesat di jurusan ini, makanya sekarang kerjaannya cuma mengabsensi mahasiswa yang hadir aja sembari ngeceng sana-ngeceng sini.
Nah disini dia diberi tugas oleh dosen, sebagai petugas absensi kelas.
Firman: “lumayan euy, sekalian nyuci mata, hhe”
Kembali ke seminar. Setelah semua mahasiswa mengisi absensi kehadiran, mereka dipersilakan duduk dengan rapih sesuai dengan bangku yang telah disediakan. Bagi yang langsing-langsing bisa langsung duduk dibangku, taaapii bagi yang memiliki kelebihaaaan…….. ya itulah pokoknya.. (maap pisan nya), bisa lesehan dilantai ,, hhe bercanda
Selanjutnya, acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an…


Lho… ko ? bukannya dia ini penjaga absensi ya? Ko sekarang jadi pembaca ayat suci?
Tenang aja sob,, susah untuk menjelaskannya. Intinya daripada dia melakukan hal-hal aneh di kelas yang bisa membuat acara ini gagal, seperti yang ini, (lihat gambar dibawah) kan bisa gawat … makanya dengan sangat terpaksa, para panitia pun akhirnya memperbolehkannya J


Memang beginilah karakternya, jadi jangan dihina yah ! hhe
Kembali ke seminar. Oia gua mau ngasih tau ke kalian semua. Temen gua yang satu ini, katanya sih punya suara yang bagus. Kalo dia udah nyanyi atau melatunkan ayat-ayat suci, semua pasti langsung hening, tanpa kata-kata.
Setelah pembacaan ayat suci, biasanya MC memberikan sepatah dua patah kata ,,biasalah ,, untuk basi-basi aja. Selanjutnya MC memberikan mandatnya kepada  moderator untuk memimpin seminar. Biasanya, moderator akan memperkenalkan diri terlebih dahulu lalu memperkenalkan CV para pemateri. Selain meminpin seminar, moderator juga harus bisa mengatur waktu sehingga kegiatan seminar dapat berjalan sesuai dengan rencana.
Dan saatnya untuk para narasumber untuk memaparkan materinya…..tapi dalam beberapa kasus, acara seminar ini mungkin kurang kondusif, lihat saja ini (lihat foto dibawah)..

Bukannya mendengarkan narasumber, mereka malah bergalau-galau ria, memajang muka-muka sedihnya itu.. buat teman-teman yang lain, diharapkan sekali untuk tidak mencontohnya yaah..
Hmmm. Di lain kasus, mungkin karena narasumber yang menyampaikan materinya dengan lemah gemulai, yaa jadi beginilah nasib peserta-pesertanya..

Ada yang ngantuk.. BT.. tapi ada juga yang melotot biar keliatan memperhatikan, padahal mah di otaknya kosong-kosong oge, hha J .. dan yang sudah menjadi lumrah di masyarakat kita, pasti deh kalo yang duduk dibelakang, dipojok lagi.. bakalan sibuk sendiri… Nah yang ini juga jangan ditiru yah sob J
Setelah pematerian selesai, biasanya moderator akan memberikan kesempatan kepada para peserta untuk mengajukan pertanyaan terkait materi yang baru saja disampaikan. Nah disini sangat dibutuhkan nyali yang besar karena masih banyak diantara mahasiswa yang malu untuk bertanya, seperti yang ini nih…

Dia (yg memakai baju biru) masih malu-malu untuk mengutarakan pertanyaannya. Dia lebih suka memendam rasa penasarannya dibanding untuk mengetahui jawaban dari pemateri.
Baju biru (Resty): “abdi teh sieun. Tadinya mau nanya: ‘kang pemateri!, aku punya temen, nah temen aku itu punya pacar, mereka saling cinta tapi orang tua yg temen aku itu ga setuju, jadi harus gmn?’ kan malu nnya yg begitu L
Jadi kalian harus seperti pemuda yang seperti ini yah (lihat gambar dibawah). Terlihat kepastian diwajahnya (batik cokelat), juga haus mencari kebenaran. Ucapannya yang tegas dan pasti menandakan pemuda ini sangat berkompeten.. nah buat kalian yang ingin mengajukan pertanyaan, bisa mencontoh pemuda ini ya J

Atau buat kalian yang belum bisa seperti pemuda diatas, kalian bisaalah seperti pemuda ini (lihat gambar dibawah). Ya walaupun tidak se-mantap pemuda ditas. Kalian bisa menirunya. Beliau bertanya kepada narasumber dengan cara terlebih dahulu menulis apa yang ingin dia tanyakan, lalu bisa dibacakan ketika bertanya, sehingga dia tidak akan lupa apa yang akan ditanyakan.

Sampai sini kalian paham semua kan? Pasti paham lah, hhe. Yuk kita kembali ke seminar. Setelah sesi Tanya jawab selesai, acara ditutup dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh panitia.
Mungkin segini aja info yang bisa disampaikan, kalo ada kata-kata yang menyinggung pembaca, mohon dimaafkan, karena ini benar-benar disengaja . hhe









Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perlukah bertuhan? Juga Perlukah Beragama?

#BookReview ke-2 Awalnya saya ragu untuk me-review buku The God Delusion karangan Richard Dawkins, seorang ateis ahli etologi asal Inggris, yang dapat dikatakan merupakan salah satu “kitab sucinya” para ateis kontemporer. Untuk itu sedari awal saya hendak memberi tahu bahwa upaya pe-review-an buku jenis ini bukan berarti sebuah ajakan untuk menjadi seorang ateis, bukan, melainkan undangan kepada para pembaca, khususnya umat muslim, untuk dapat memeriksa kembali keyakinannya. Apakah benar keyakinan akan keislamannya dapat dibuktikan, didemonstrasikan atau sekadar keyakinan taken for granted dari orangtua dan lingkungannya. Frasa “agama warisan” yang pernah dituturkan Afi Nihaya Faradisa, remaja SMA yang sempat viral beberapa bulan lalu, mungkin cocok untuk menggambarkan persoalan ini. Buku hasil terjemahan Zaim Rofiqi setebal 522 halaman ini diterbitkan oleh penerbit Banana pada tahun 2013 berkat sokongan Dr.Ryu Hasan, seorang dosen di Universitas Airlangga yang diduga kuat j

ORGANISASI DAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

  ORGANISASI DAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salahsatu tugas kelompok mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam yang diampu oleh Dr. H. Syahidin, M.Pd   dan Mokh. Iman Firmansyah M.A g Disusunoleh Kelompok 9 M. Jiva Agung                        (1202282) Eneng Dewi Zaakiyah            (1202855) PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2014 KATA PENGANTAR             Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat-Nya lah penyusun telah mampu menyelesaikan makalah kelompok ini. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Makalah yang berjudul “Organisasi dan Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia” ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam. Adapun makalah ini membahas mengenai berbagai m

Sapi dalam pandangan islam

Dalam Al-Qur’an, terdapat sebuah surat panjang yang diberi nama sapi (Al-Baqarah) yang secara umum menceritakan tentang kisah Bani Israil dan Nabi Musa. Banyak hikmah yang dapat diperoleh setelah memahami isi kisahnya. Salah satunya adalah mengenai sikap Bani Israil terhadap binatang ini. Quraish Shihab dalam bukunya Dia dimana-mana menyatakan bahwa Bani Israil ingin meniru kaum Kan’an dalam hal membuat berhala. Pada masa itu kaum tersebut –Kan’an- menyembah berhala, antara lain yang terbuat dari tembaga dalam bentuk manusia berkepala lembu, yang duduk mengulurkan kedua tangannya bagaikan menanti pemberian. Shihab melanjutkan bahwa Bani Israil ini bermaksud untuk menandingi dan melebihi kaum Kan’an itu dengan membuatnya lebih hebat karena yang mereka buat adalah patung anak lembu yang terbuat dari emas dan bersuara, sedang milik orang Kan’an hanya terbuat dari tembaga dan tidak bersuara. [1]           Maka dari itu amat wajar jika Nabi Musa memarahi mereka tatkala beliau turun da