sumber: http://sulsel.pojoksatu.id/
Lagi-lagi
harus menulis tentang Ahok. Kontroversional banget sih ini orang. Saking
kontroversinya, mungkin meskipun nanti dirinya telah dimakan tanah, namanya
akan selalu dikenang oleh para sejarawan maupun akademisi. Dan aku kira salah
satu hal yang akan mereka perbincangkan adalah peristiwa 4 November mendatang,
dimana Habib Rizieq bersama bala tentaranya konon akan melakukan demo ultraakbar
melawan Ahok, yang katanya telah melakukan penistaan agama saat memberikan “kuliah”
kepada warga Kepulauan Seribu.
Sungguh
aku sendiri sangat menyayangkan kesemberonoannya yang pada akhirnya sekurang-kurangnya
menimbulkan dua buah kerugian. Pertama, tanpa menutup mata, kejadian ini tentu telah
merugikan dirinya sendiri, karena secara pragmatis akan sulit membuatnya lolos
menjadi orang nomor satu se-DKI lagi, sembari di sisi lain membuka jalan yang
selebar-lebarnya bagi pasangan Anies-Uno. Kedua, dan ini yang paling
disesalkan, membuat hubungan Muslim-Kristen -yang sedang belajar mutual understanding- kembali retak.
Adanya
kejadian ini, bagi sebagian umat Muslim, khususnya dari golongan kanan, menjadikan
dirinya semakin teguh dengan penggeneralisiran negatif yang selama ini dianut,
dus mengokohkan pendirian bahwa umat Kristen jelas dan nyata merupakan musuh
Islam. Malah kalau bisa, sebagaimana Sonya Depari yang menjadi duta anti
narkoba setelah membentak polisi atau seperti Zaskia Gotik yang menjadi duta
pancasila setelah menghina pancasila, mereka mengharap Ahok dapat menjadi
muallaf yang akhirnya dinobatkan menjadi duta Alquran. Khayalan yang super wah.
Tidak jauh beda dengan sikap sebagian umat Kristiani yang belum cukup dewasa
dalam beragama, mereka biasanya malah berusaha menyudutkan ajaran-ajaran Islam dengan
cara khasnya masing-masing.
Kembali
ke tema awal. Pertanyaan besarku, apa yang akan terjadi saat dan pasca kejadian
4 November? tidak ada yang tahu. Aku, kamu, Ahok, Habib Rizieq, Raline Shah, dukun,
sapi, kambing, juga rumpun yang bergoyang. Tidak ada yang mengetahuinya selain
Allah, Tuhan Yang Maha Mengetahui. Tapi semua orang, wa bil khusus warga Indonesia menunggu-nunggunya, penuh dengan rasa
harap-harap cemas. Sejujurnya aku penasaran, ingin mengetahui respon Ahok
mengenai aksi 4 November mendatang, cuek bebek sajakah atau bahkan malah sudah
memakai baju perang dan siap untuk melempar bom nuklir.
Lalu
bagaimana dengan –sebagian- media mayor ? memang mereka tidak tahu apa yang
akan terjadi, tapi mereka bisa merekayasa masa depan. Iya betul, sebagaimana
yang selama ini telah mereka lakukan, dan sedikit banyak toh berhasil. Dengan mereduksi realitas supaya terlihat seksi dan
bombastis dus di make over sesuai
dengan pesanan dan kepentingan, maka jadilah sebuah berita yang menipu jutaan
rakyat Indonesia, yang tentunya akan menyakitkan hati umat Muslim. Aku sendiri sudah
sangat menunggu-nunggu aksi yang akan mereka lakukan yang seperti mati-matian
mencari celah kelemahan yang mungkin dapat disiarkan/diberitakan ke khalayak,
seperti rusaknya tanaman, kemacetan jalan, dan yang semacamnya. Mari kita
tunggu bersama-sama.
Jurang Pemisah
Aku
punya imajinasi liar terkait masalah ini. Sekali lagi ini hanya imajinasi
belaka. Bisa benar, bisa juga salah. Menurutku peristiwa yang sedang heboh ini
seakan merupakan sebuah ujian yang Allah berikan kepada umat Muslim. Dia ingin
mengetahui siapa yang benar-benar beriman (yang ditandai ingin berjihad membela
agama) dan siapa yang sebenarnya munafik (menghasut untuk tidak perlu berjihad),
sebagaimana yang pernah Dia lakukan di zaman Rasulullah.
…mereka berkata, ‘janganlah
kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini. Katakanlah (Muhammad): ‘api
neraka jahannam itu lebih sangat panas’ jika mereka mengetahui (QS. Al-Anfal 81)
Ayat
ini meskipun turun pada konteks perang, tetap dapat diaplikasikan pada zaman sekarang,
termasuk pada persoalan ini, karena esensinya adalah sama, yakni jihad. Cara
dalam berjihad memang dapat berbeda dalam setiap zaman, tetapi jika
diperhatikan secara saksama, maka akan ditemukan alur-alur cerita yang mirip
dalam setiap rangkaian peristiwa jihad. Ada yang malas berjihad dan ada juga yang
semangat.
Duduk
perkara dalam masalah ini adalah soal berjihad dalam menuntut keadilan dan
kejelasan hukum terkait penistaan yang dilakukan Ahok[1].
Disinilah para pemimpin umat Muslim, bagaikan reinkarnasi Nabi Muhammad bersama
para sahabat setianya, hendak berjihad. Jangan dikira hanya Habib Rizieq, HTI,
dkk -yang sering direpresentasikan sebagai Islam garis keras- yang menjadi
dalang jihad fisabillah ini. Tidak. Banyak juga dari mereka –yang bergabung-
yang terkenal akan kesucian dan kemurnian hatinya (akhlak) seperti Ust. Arifin
Ilham dan Aa Gym. Tidak sampai disana, ada juga dari golongan pemuda
Muhammadiyah seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Ikatan Pemuda
Muhammadiyah (IPM) yang tidak perlu diragukan lagi mengenai independensi argumentasi
dan rasionalisasi pemikirannya terkait soal keislaman, kemasyarakatan, dan
keindonesiaan. Picik sekali yang menyatakan kalau ini adalah aksi politis
belaka. Menurutku ini murni panggilan hati, jiwa, dan raga dalam rangka
menegakkan kalimatullah wal kalimatul
haq.
Dan apabila diturunkan
suatu surat (yang memerintahkan kepada orang munafik itu): ‘Berimanlah kamu
kepada Allah dan berjihadlah bersama Rasul-Nya’, niscaya orang-orang yang
sanggup di antara mereka meminta izin kepadamu –Muhammad- (untuk tidak
berjihad) dan mereka berkata: ‘biarlah kami berada bersama orang-orang yang
duduk’ (QS.
Al Anfal 86)
Dua
ayat dari surat Al-Anfal di atas terbukti terjadi di negeri kita. Selalu ada
orang yang enggan ikut berjihad, bahkan tidak sedikit pula dari mereka yang
merendahkan dan mengejek para aksi jihadis ini. Bukan dari non-Muslim,
melainkan dari kalangan Muslim juga. Kalau boleh dipetakkan, ya mereka itu
orang-orang kiri, yang hidupnya lebih senang nyinyir dan sarkas kepada
teman-teman Muslimnya sendiri. Merasa lebih lembut, merasa lebih menunjukkan
Islam yang damai, padahal pengecut. Swear,
kalau ga percaya silakan iris kuping ayam, mereka hanya berani dan bersuara
lantang saat mengkritik saudara seagamanya sendiri, dan diam bak patung atau
bahkan mengalihkan topik, jika ada umat agama lain yang sedang mendzalimi umat Muslim.
Tetapi Rasul dan
orang-orang yang beriman bersama dia, mereka berjihad dengan harta dan diri
mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka
itulah orang-orang yang beruntung
(QS. Al Anfal 88)
Dan
berbahagialah bagi mereka yang tulus berjihad lillahi ta’ala tanpa melupakan bahwa caranya pun harus baik, benar,
dan indah. Surga dan keridhaan-Nya bagimu, akhi.
Tak perlu risau nyinyiran orang, ejekan orang, selama engkau tetap rendah hati terhadap
sesama dan merasa nol di hadapan-Nya.
Semoga
dengan adanya aksi 4 November mendatang, dapat menjadi pelajaran bagi para
pemimpin untuk lebih berhati-hati dalam berkata, karena seorang pemimpin harus
dapat mengayom berbagai pihak dan menjadikan dirinya sebagai role model. Ah, ini mengingatkanku pada
pepatah lama, “mulutmu, harimaumu.” []
Pare, 2 November 2016
[1] Jihad tertinggi yaitu turut bergabung
langsung dalam demo, sedangkan tingkatan di bawahnya adalah yang
mendukung/membela tetapi tidak ikut demo, baik karena sedang menuntut ilmu
maupun keterbatasan fisik.
Komentar
Posting Komentar