Langsung ke konten utama

Sirah Rasulullah dalam Pandangan Penulis Syiah

#BookReview ke-7

Kali ini saya akan me-review buku Sirah Rasulullah yang ditulis oleh Dewan Pengurus Darul Haq, Iran, yang berjudul A Glance at The Life of The Holy Prophet of Islam.

Buku saku yang awalnya berbahasa Persia tetapi kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh N.Tawheedi ini diterbitkan oleh Islamic Propagation Organization, Tehran, Iran.

Terdiri dari 18 bab kecil, para penulis mengawali narasinya dengan memaparkan deskripsi tentang kondisi dunia (khususnya Arab) sebelum kedatangan Islam yang menurutnya mengalami kerusakan di berbagai aspek, mulai perihal pemikiran (cara pandang hidup) hingga etika (individu dan sosial).

Hal ini membuktikan, bagi penulis, bahwa dua agama Abrahamik pra-Islam (Yahudi dan Kristen) telah gagal memainkan perannya ––sebagai wasilah menuju Tuhan–– di pentas dunia. Maka, keadaan yang seperti ini menjadikan lahirnya sosok manusia revolusioner amat dibutuhkan.

sumber gambar: www.amazon.com

Adalah Muhammad, sesosok manusia suci pilihan Tuhan yang cocok mengemban misi ini yang oleh para penulis rentangkan dalam bab-bab selanjutnya.

Secara gambaran besar, dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan kisah kenabian yang signifikan antara buku ini dengan literatur-literatur sirah karangan ulama Sunni.

Umpamanya, Nabi Muhammad lahir di bulan Rabiul Awal dalam keadaan yatim, disusui oleh Halimah ––dari Bani Sa’ad–– (tentu, termasuk di dalamnya cerita-cerita kemukjizatan), Aminah meninggalkan Muhammad ketika umurnya beranjak dewasa, kemudian secara berturut-turut dipelihara oleh Abdul Muthalib (kakeknya) dan Abu Thalib (pamannya), bertemu dengan Pendeta Bahira, bekerja sebagai pengembala domba, digelari Al-Amin (dapat dipercaya) oleh masyarakat, menyelesaikan konflik antar suku terkait pemindahan batu Hajar Aswad, menikahi seorang janda (Khadijah) di umurnya yang ke-25, berkontemplasi dan memeroleh wahyu di Gua Hira, berkonsultasi dengan pendeta Waraqah bin Naufal, melakukan dua tahap dakwah (secara sembunyi lalu terang-terangan), mendapat aneka bujukan dan rintangan dari kaum Quraish supaya mengakhiri dakwahnya, hingga seputar kisah hijrahnya ke Madinah ––dan mendapat sambutan hangat dari warga di sana.

Selain memaparkan kisah di atas, ada tiga perkara tambahan yang dibeberkan, seperti, pertama usaha penulis untuk mendedahkan fakta bahwa agama yang dibawa Muhammad adalah benar-benar untuk seluruh manusia, baik yang berada di Barat maupun Timur.

Sebagai buktinya, penulis menyertakan beberapa surat Rasulullah yang berisi ajakan untuk memeluk Islam kepada para pemimpin, mulai dari Kisra (raja Iran), Harqil (raja Romawi), Hawzah (penguasa Yamamah), pemimpin Yahudi, Uskup Kristen, dll.

Kedua, menerangkan kesempurnaan Islam dan keberakhiran kenabian pada diri Muhammad yang diurai pada bab keenam belas.

Dan ketiga, di bab terakhir penulis melukiskan keindahan akhlak dan kepribadian Rasulullah.

Jika ditelusuri dengan saksama, ada beberapa hal unik yang muncul dalam buku ini. Pertama, sebagaimana umumnya kalangan Syiah gemar memuji-muji Ali bin Abi Thalib, buku ini pun tak luput dengan hal yang seperti itu. Misalnya, memasukkan kisah Ali yang menjadi pemuda pertama yang meyakini kenabian Muhammad, melampirkan stori heroik Ali yang berkali-kali bersedia menjadi pembela Nabi ketika ia mengundang sekitar 40 anggota keluarganya di mana tak ada satu pun dari mereka yang bersedia ––menjadi pembela, meriwayatkan keberanian Ali untuk menggantikan posisi Nabi di tempat tidurnya ––dalam rangka menipu–– kaum Quraish ketika mereka hendak merencakan pembunuhan ––terhadap Nabi, dan ––ini yang paling utama–– membubuhi satu bab khusus untuk membahas isu super penting (bagi Syiah) yakni peristiwa Ghadir Khum di mana Rasulullah bukan hanya hendak mengungkapkan bahwa Ali adalah penolong/teman setianya, melainkan juga ingin menyampaikan bahwa Ali adalah pengganti kedudukannya ––sebagai pemimpin umat Islam–– setelah ia wafat.

Kedua, berbeda dengan sirah klasik yang biasanya hanya menjabarkan kisah Muhammad secara kronologis, dalam bab kelima buku ini ––yang kadang juga terdapat dalam kitab sirah kontemporer–– mencoba untuk menjawab tuduhan atau mispersepsi non-muslim terhadap Nabi Muhammad yang dianggap sebagai seorang penggila wanita, penyembah hasrat seksual.

Juga, di bagian akhir bab ketujuh, penulis mencoba untuk menyangkal tudingan orientalis yang menyatakan bahwa Muhammad saat menerima wahyu sebenarnya sedang mengalami gangguan kejiwaan (histeria, epilepsi).

Tak lupa, buku ini juga membahas masalah seputar jihad, sebuah tema yang amat digandrungi oleh masyarakat modern, di bab 13 dan 14 untuk menyibak fakta bahwa perang-perang yang pernah dilakukan oleh Rasulullah bukanlah karena untuk menyebarkan agama melainkan sebagai bentuk pertahanan dari segala bentuk penindasan.

Ketiga, setelah sedikit membahas kelihaian Rasulullah dalam upaya mempersatukan umat, penulis buku ini menganjurkan kepada pembaca (umat muslim) untuk bersatu dan bekerja sama alih-alih saling bertengkar dan bercerai-berai.

Sayangnya, ada pula kekurangan dari buku sederhana ini, seperti ketidak-konsistenan karakteritik pengisahannya.

Jika memang ingin berfokus pada diri Rasulullah, sebagaimana tertera dalam judul buku, apalagi sedari awal tulisan ini terkesan kronologis, seharusnya hal-hal yang tidak terkait langsung dengannya tidak perlu dipaparkan.

Bab 16 tentang keberakhiran Nabi pada sosok Muhammad dan kesempurnaan way of life pada agama Islam sebenarnya kurang berhubungan dengan tema inti. Bab ini lebih cocok masuk ke dalam persoalan seputar keislaman.

Juga sama dengan bab 18, meski memotret keadiluhungan akhlak Rasulullah, tetapi meletakkan pada bagian akhir adalah kurang elegan. Akan lebih baik jika pembahasan ini diselipkan pada bagian di mana Rasulullah mendapatkan penerimaan, pengakuan, atau kepercayaan dari masyarakat setempat, sebagai bentuk konsekuensi logisnya.

Kelemahan lain dari buku ini yakni tidak adanya cerita tentang masa akhir kehidupan Rasulullah yang mana merupakan sesuatu yang amat penting ditayangkan dalam setiap upaya untuk membentangkan biografi atau kehidupan seseorang. Bukankah ketidakjelasan ending akan membuat sebuah kisah menjadi tak sedap untuk dicecap?

Betapapun, saya kira buku kecil ini telah memenuhi syarat minimum sebagai sebuah sirah yang pas dibaca oleh kalangan awam (muslim maupun non-muslim) yang kesulitan dan keberatan untuk membaca sirah-sirah babon, baik karena banyaknya istilah-istilah keislaman dan kearaban padanya, maupun karena tidak adanya waktu yang cukup ––untuk membaca sirah yang pada umumnya amat tebal.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perlukah bertuhan? Juga Perlukah Beragama?

#BookReview ke-2 Awalnya saya ragu untuk me-review buku The God Delusion karangan Richard Dawkins, seorang ateis ahli etologi asal Inggris, yang dapat dikatakan merupakan salah satu “kitab sucinya” para ateis kontemporer. Untuk itu sedari awal saya hendak memberi tahu bahwa upaya pe-review-an buku jenis ini bukan berarti sebuah ajakan untuk menjadi seorang ateis, bukan, melainkan undangan kepada para pembaca, khususnya umat muslim, untuk dapat memeriksa kembali keyakinannya. Apakah benar keyakinan akan keislamannya dapat dibuktikan, didemonstrasikan atau sekadar keyakinan taken for granted dari orangtua dan lingkungannya. Frasa “agama warisan” yang pernah dituturkan Afi Nihaya Faradisa, remaja SMA yang sempat viral beberapa bulan lalu, mungkin cocok untuk menggambarkan persoalan ini. Buku hasil terjemahan Zaim Rofiqi setebal 522 halaman ini diterbitkan oleh penerbit Banana pada tahun 2013 berkat sokongan Dr.Ryu Hasan, seorang dosen di Universitas Airlangga yang diduga kuat j

ORGANISASI DAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

  ORGANISASI DAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salahsatu tugas kelompok mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam yang diampu oleh Dr. H. Syahidin, M.Pd   dan Mokh. Iman Firmansyah M.A g Disusunoleh Kelompok 9 M. Jiva Agung                        (1202282) Eneng Dewi Zaakiyah            (1202855) PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2014 KATA PENGANTAR             Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat-Nya lah penyusun telah mampu menyelesaikan makalah kelompok ini. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Makalah yang berjudul “Organisasi dan Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia” ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam. Adapun makalah ini membahas mengenai berbagai m

Sapi dalam pandangan islam

Dalam Al-Qur’an, terdapat sebuah surat panjang yang diberi nama sapi (Al-Baqarah) yang secara umum menceritakan tentang kisah Bani Israil dan Nabi Musa. Banyak hikmah yang dapat diperoleh setelah memahami isi kisahnya. Salah satunya adalah mengenai sikap Bani Israil terhadap binatang ini. Quraish Shihab dalam bukunya Dia dimana-mana menyatakan bahwa Bani Israil ingin meniru kaum Kan’an dalam hal membuat berhala. Pada masa itu kaum tersebut –Kan’an- menyembah berhala, antara lain yang terbuat dari tembaga dalam bentuk manusia berkepala lembu, yang duduk mengulurkan kedua tangannya bagaikan menanti pemberian. Shihab melanjutkan bahwa Bani Israil ini bermaksud untuk menandingi dan melebihi kaum Kan’an itu dengan membuatnya lebih hebat karena yang mereka buat adalah patung anak lembu yang terbuat dari emas dan bersuara, sedang milik orang Kan’an hanya terbuat dari tembaga dan tidak bersuara. [1]           Maka dari itu amat wajar jika Nabi Musa memarahi mereka tatkala beliau turun da